OUTENTIK-Volume sampah di Kota Palu kini mencapai angka mengkhawatirkan, yakni sekitar 71.000 ton per tahun atau 150 hingga 200 ton per hari.
Kondisi ini disampaikan Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Palu, Ibnu Munzir, Rabu (16/7/2025) yang menegaskan perlunya penanganan serius dari sisi armada dan pendanaan.
“Satu truk roda enam bisa mengangkut sekitar 3 ton, sementara kendaraan kecil seperti truk kuning hanya mampu membawa 1 ton. Untuk mengangkut 150 ton per hari, dibutuhkan 75 kendaraan yang beroperasi dua kali sehari,” jelasnya.
Namun, keterbatasan anggaran menjadi tantangan utama. Dari kebutuhan ideal Rp80 miliar per tahun, Pemkot Palu baru mampu mengalokasikan sekitar Rp30 miliar.
Karena itu, DLH mengandalkan retribusi sampah sebagai pendanaan operasional dan menargetkan penerimaan sebesar Rp15 miliar pada 2025.
Hingga pertengahan tahun, Rp8 miliar telah berhasil dikumpulkan.
“Sayangnya, masih banyak warga membuang sampah sembarangan tapi enggan membayar retribusi. Padahal, biaya pengelolaan sampah per ton bisa mencapai Rp1,3 juta,” ujarnya.
Untuk meningkatkan transparansi, DLH mengandalkan aplikasi “Pakagali” yang memungkinkan warga memeriksa status pembayaran retribusi hanya dengan memasukkan NIK.
“Coba cek lewat aplikasi Pakagali. Masukkan NIK, nanti akan muncul data apakah retribusi sudah dibayar atau belum,” kata Ibnu.
DLH juga meluncurkan program “Detektif Sampah”, yang memungkinkan warga melaporkan pelanggaran kebersihan lewat foto dan share location ke nomor aduan 24 jam di 0851-9151-2076.
Laporan harus disertai foto sampah, KTP pelapor, dan lokasi kejadian.
“Kalau tidak enak menegur langsung, cukup foto lalu kirim ke nomor aduan. Identitas pelapor dijamin aman,” tambahnya.DLH mengingatkan bahwa Palu tengah bersiap menghadapi penilaian Adipura yang akan berlangsung mulai Agustus 2025.
Partisipasi masyarakat diharapkan semakin aktif demi menjaga kebersihan kota.
“Menjaga kebersihan bukan hanya tugas pemerintah, tapi tanggung jawab bersama,” tutup Ibnu.









Komentar